26 November 2018

GOETHE INSTITUT - CULINARY DIALOGUE JAKARTA

More info: https://www.goethe.de/ins/id/en/kul/pkt/icp/kpe.html



View this post on Instagram

Pas ikutan mau kirim foto kuliner programnya goethe itu, sebenernya pingin foto bahan pangan atau rempah yang sekarang agak langka di jogja. Itu salah satu tema yang ditawarkan di kompetisi foto kuliner ini. Segera kepikiran dua jenis bahan: Manggar dan Sarsaparilla (Saparella kalau orang Jawa bilang). Wiiii susah nyarinya. Bahkan ada yang nggak tau sih. Sarsaparilla ini sebagai bahan utama minuman bersoda yang sering ada di gerai-gerai swalayan dengan nama modern Indo Sarsaparilla. Jaman dulu nama brandnya beda-beda sih dan lumayan banyak. Sementara itu, si Manggar ini adalah salah satu bahan utama olahan gudeg Manggar. Manggar itu bunga kelapa yang masih muda. Sulit dapatnya, di pasar tradisional belum tentu ada. Jadilah saya berangkat ke Bantul, ke gudeg Bu Dullah yang terkenal itu. Dapatnya tunggu 4-5 hari kemudian. Eh, udah lewatlah deadline kirim fotonya haha.. tapi, tetap bisa beli manggar mentah dan akhirnya makan gudeg manggar untuk pertama kalinya. Enak, krenyes-krenyes πŸ˜€ . Ketemulah si Kluwak, bahan yang penting untuk masak rawon. Kadang dipakai juga untuk gudeg, tapi itu soal selera bukan bahan utama seperti di rawon. Selain itu kluwak penting juga untuk olahan brongkos yang khas itu. Konon, gudeg manggar dan minuman sarsaparilla itu dulunya dikenal sebagai makanan dan minuman kalangan kraton. Kelas bangsawan, harganya juga mahal. Menunjukkan strata sosial yang tinggi bagi yang menikmatinya. Selain itu, konsumsi manggar dipercayai bisa bikin cantik dan awet muda. Hmm.. Kalau percaya, boleh deh dibuang aja itu skinker anti agingnya. Atau kasih ke saya hahaha.. 😜 . Lalu kirim satu foto kluwak ini, dan dikabari lolos ikut pamerannya. Ih, senengnya. Oh ya, ada 15 foto setau saya yang dipamerkan dari 15 pameris. 5 pameris utama diundang datang menghadiri acara gala dinnernya. 10 pameris lainnya adalah nominator yang fotonya ikut pameran di sana. Selamat... selamat juga untuk diri saya sendiri.. haha. Me trying to appreciate myself, honestly. I'm sooo happy ☺️ . Eh, tapi dari kluwak ini, malah jadi bikin foto-foto bahan pangan yang mulai langka sekarang. 😊❤️ πŸ“·oleh Mbak Lisna (Panna)
A post shared by hindra setya rini (@hindrasahaja) on

28 Maret 2018

Pelem Ukulele



Pelem Ukulele is a handmade ukulele builder hailing in Yogyakarta, Indonesia consist of Fadil Firdaus (Luthier) & Wafiq Giotama (Manager & Designer). We are producing handmade ukuleles made of indonesian tropical solid woods such as Mahogany, Mango and Acacia. Since its first operation in 2010, Pelem Ukulele has built hundreds of ukes in several sizes from tiny sopranissimo to huge baritone.

Pelem means mango in javanese language.


Commission by Ministry of Youth and Sports of the Republic of Indonesia